Senin, 10 Juni 2013

Tugas Observasi Pendidikan (e-learning)

Tugas Observasi E-Learning
Oleh: 
1. Nadela Trully Marbun :12-033
2. Ramot Hutasoit :12-041
3. Ribka Lidwina :12-049
4. Karin R J Napitupulu :12-087
5. Tefan A Simanjuntak :12-091

A. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA SWASTA KALAM KUDUS MEDAN
Alamat Sekolah : Jl Rambung No 9 Medan
Uang Sekolah
Kelas 1 & 2 : Rp320.000,00
Kelas 3 : Rp330.000,00
Konsep E-learning : Online (Koneksi Internet) dan Offline (Media Presentasi )
B. Uraian Aktivitas Observasi
Hari pelaksanaan : Selasa,21 Mei 2013
Waktu pelaksanaan : Pukul 08.00-10.00 WIB
Pembagian Tugas
Observasi Kelas : Semua anggota
Wawancara Guru :
Guru : Nadela
                                          Karin
  Tefan
Wakil Kepala Sekolah : Ribka
                                             Ramot
Narasumber : - Bpk. L.J.Koster Sianipar,S.Si
                                          - Ibu  Dra.Irene Bukit,M.Pd
C. Laporan Hasil Observasi
I. Pendahuluan
 Pembelajaran dan pengajaran telah mengalami banyak perubahan seiring dengan perkembangan teknologi. Penggunaan metode pengajaran yang berbasis komputerisasi haruslah lebih diperluas lagi di sekolah-sekolah agar ia dapat menyaingi perubahan-perubahan sistem pendidikan yang telah berkembang pada masa kini yang kita sebut sebagai sistem e-learning. E-learning sendiri merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dari sinilah, kita beranjak untuk mengetahui lebih jauh sudah sejauh apakah sistem e-learning dipakai dan dipergunakan oleh sekolah-sekolah. Menyadari hal itu, maka dalam mata kuliah psikologi pendidikan kali ini, kami ditugaskan untuk melakukan observasi mengenai sistem e-learning yang dilaksanakan oleh sekolah yang berada di wilayah Medan, Sumatera Utara. Beranjak dari itu, kami pun melakukan observasi di SMA Swasta Kalam Kudus Medan dengan alasan bahwa pada sekolah ini pembelajaran yang dilaksanakan sudah lebih modern dengan sarana dan prasarana teknologi yang cukup memadai. Adapun objek yang kami teliti adalah siswa-siswa yang melaksanakan proses pembelajaran dan guru yang menggunakan konsep e-learning itu sendiri. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui konsep e-learning yang bersentuhan dengan topik pembahasan yang selama ini telah dipelajari pada mata kuliah psikologi pendidikan. 
II. Landasan Teori
Sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan media dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai E-learning. E-learning ini membawa pengaruh terhadap terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas). Ada yang menggunakannya sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara regular di kelas, namun ada juga yang memakai e-learning sebagai alternatif dalam pembelajaran.
Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. 
Ada tiga hal penting sebagai persyaratan kegiatan e-learning, yaitu :
1. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN.
2. tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak,
3. tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan 
Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet,LAN,WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya. 
Manfaat  e-learning menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri dari 4 hal:
1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan.
Para pengajar seperti  guru atau dosen  harus memiliki kemampuan dalam mempergunakan  e-learning. Kemampuan itu seperti :
Mengerti tentang e-learning
Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa atau siswa
Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru.
Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik
Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari
Melakukan training dan praktek secara elektronik
Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan  pengambilan keputusan
Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude, dan persepsi para mahasiswanya.
Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari siswa atau mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari siswa atau mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri siswa atau mahasiswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan siswa atau mahasiswa. 
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
Learning by doing
Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
Incidental learning
Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang siswa atau  mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
Learning by reflection
Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Siswa atau mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
Case-based learning
Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Siswa atau mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
Learning by exploring
Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Siswa atau mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Siswa atau mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. siswa atau mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.
Kelebihan dan Kekurangan E-learning
Kelebihan
1. E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran 
2. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau materi, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik.
3. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demi-kian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran
4. Kehadiran guru tidak mutlak diperlukan
5. Guru akan lebih mudah melakukan alternatif bahan-bahan belajar yang mutakhir sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuwan, mengembang-kan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya, dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
6. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
7. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
Kelemahan 
1. Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal untuk membangun e-learning.
2. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan e-learning.
3. Bagi siswa yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.
4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggu-nakan ICT.
5. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar dan mengajar.
III. Objek Penelitian
Objek yang menjadi sumber observasi adalah siswa-siswi kelas  X SMA SWASTA KALAM KUDUS MEDAN khususnya kelas X-2 
IV. Jadwal Pelaksanaan 
Observasi dilakukan mulai dari pukul 08.00- 10.00 WIB bertempat di SMA SWASTA KALAM KUDUS MEDAN.
V. Pelaksanaan
Bermula dari kesepakatan kami untuk berkumpul di Kampus pada Fakultas Psikologi pukul 07.00WIB .Kami berangkat menuju lokasi pada pukul 07.15WIB dari kampus  dan tiba dilokasi pukul 07.30WIB.Tiba di lokasi kamipun langsung berangkat menuju Kantor Kepala Sekolah yang berada di lantai 2, dan mengurus surat-surat yang telah disepakati pada pertemuan pertama.Pengurusan surat berjalan dengan lancar, kamipun di persilahkan untuk memasuki kelas  X-II  pukul 08.00WIB yang dimulai dari perkenalan kami yang dipandu oleh guru pengajar, yang bertepatan sebagai guru bidang study biologi Dra.Irene Bukit, M.Pd dan menjelaskan apa maksud dan tujuan kami datang dan memasuki kelas mereka.Suasana di dalam kelas selama observasi berlangsung kurang terkontrol, tetapi guru memegang andil dan kelaspun dapat dikendalikan.Berlangsung sekitar 1 jam, tepat pukul 09.00WIB pergantian matapelajaran dan kamipun beranjak dari kelas sesuai dengan kesepakatan yang ada dan kamipun mengucapkan terimakasih kepada siswa-siswa yang telah membantu dalam keberlangsungan tugas kami.Dengan waktu yang ada tepat pukul 09.15WIB kamipun melanjutkan observasi dengan mewawancarai guru, dan Wakil Kepala Sekolah yang sedang berada di tempat selama satu jam kedepan.Kami ditanggapi dengan baik oleh para narasumber kami yang tampak dari proses berlangsungnya tanya-jawab. Pukul 10.00WIB kamipun telah mendapat informasi-informasi yang membantu dalam keberlansungan tugas Mata Kuliah Pendididkan dan kamipun menyampaikan rasa terimakasi kami dapa guru serta Wakil Kepala Sekolah dan bergegas meninggalkan lokasi.

VI. Laporan Penelitian
Berdasarkan observasi dan wawancara yang kami lakukan, kami memperoleh:
1. Konsep e-learning
Mengingat gedung sekolah yang digunakan adalah gedung baru (gedung 2), maka proses e-learning masih dalam proses “penyamaan” dengan yang telah diberlakukan saat di gedung yang sebelumnya. Dari kedua narasumber didapatkan keterangan bahwa konsep e-learning sebenarnya telah dilakukan sudah cukup lama (±5 tahun). Adapun konsep e-learning yang digunakan ialah:
Online : Beberapa guru menerapkan sistem ini misalnya dengan menghimbau siswa-siswinya untuk mengunduh materi pelajaran dari link yang diberikan oleh guru mereka. Beberapa guru juga sering memberikan contoh-contoh soal sebagai latihan sebelum ujian (kisi-kisi) dengan mengirimkan ke email beberapa siswa mereka yang kemudian akan disebarkan ke kelas masing-masing.
Offline : Dengan dilengkapinya proyektor di setiap kelas maka guru-guru dapat memberikan materi dengan menggunakan komputer (dengan powerpoint) kepada siswa-siswinya. Walaupun sistem ini belum 100% diterapkan namun hampir semua guru telah menerapkannya. Dan hampir sama dengan beberapa sekolah lain, karena siswa-siswinya tidak diperkenankan untuk membawa barang elektronik, maka semua materi dalam proses pembelajaran offline ini masih sepenuhnya difasilitasi oleh guru mereka.
2. Teori Motivasi
Teori Kognitif
Dengan adanya keyakinan akan kemampuan yang dimiliki, siswa-siswi di sekolah ini mampu memahami setiap materi yang disampaikan sehingga motivasinya untuk belajar meningkat. Bahkan terdapat persaingan dari mereka dimana setiap siswanya berlomba untuk maju ke depan kelas dan menjawab pertanyaan sehingga siswa yang lain semakin terdorong untuk belajar.
Teori Sosial
Dari hasil yang kami peroleh, tidak sedikit murid-murid yang terdorong untuk datang ke sekolah untuk dapat mengobrol dengan teman mereka.
3. Teori Belajar
Dari observasi yang kami lakukan, teori belajar yang diterapkan di sekolah ini adalah:
Teori Belajar Kognitif
Para peserta didik memproses informasi dan menghubungkan informasi yang dahulu telah mereka terima dengan yang baru mereka dapatkan.
4. Orientasi Belajar
Adapun orientasi belajar yang diterapkan di sekolah ini ialah TCL (Teacher-Centered Learning), dimana yang menjadi pusat dan sumber pelajaran ialah guru. Pada orientasi belajar ini guru sebagai “pengirim” mengirimkan informasi kepada siswa-siswinya sebagai “penerima”.
5. Manajemen Kelas
Kelas ditata sesuai dengan gaya auditorium dimana semua murid duduk menghadap guru. Jumlah siswa dalam satu kelas ±37 orang dimana setiap siswa memiliki meja dan bangku sendiri (tidak memiliki teman sebangku).
VII. Evaluasi
Menurut pendapat kelompok kami, penerapan Konsep E-Learning di sekolah SMA Kalam Kudus Medan masih kurang maksimal penggunaannya. Padahal, dari hasil wawancara kami, dikatakan bahwa penerapkan konsep ini sudah cukup lama ada di sekolah ini. Namun, belum setiap guru disekolah ini menggunakan dan memanfaatkan fasilitas E-Learning seperti proyektor yang sudah ada di setiap kelas sejak 2 tahun terakhir. Adapun guru yang sudah menerapkan konsep E-Learning masih sebatas mata pelajaran tertentu saja. Mereka mengatakan bahwa, beberapa mata pelajaran tidak sesuai dan kurang maksimal penyampaiannya kepada siswa. Kelompok kami merasa, bahwa para guru belum memahami fungsi dari E-Learning itu sendiri. Selain itu, ada juga kecenderungan guru-guru merasa malas untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang dipergunakan untuk Konsep Pembelajaran E-Learning ini. Dari siswa sendiri, menurut pengamatan kami, mereka cukup antusias dengan adanya konsep E-Learning ini. Siswa merasa lebih terbantu dalam hal pembelajaran dengan adanya penerapan Konsep E-Learning ini di sekolah mereka. Adanya perbedaan pandangan antara guru dan murid mengenai penerapan Konsep E-Learning ini membuat manfaat dan fungsi diadakannya Konsep E-Learning ini kurang terealisasikan dengan maksimal.
A. Rangkuman Hasil Observasi
1. Rangkuman menurut Kelompok
Dari hasil Observasi, kami melihat bahwa penerapan Konsep E-Learning di sekolah ini masih belum maksimal. Tersedianya fasilitas penunjang Konsep E-Learning disetiap kelas terasa sia-sia karena tidak setiap guru memanfaatkannya ketika proses belajar mengajar. Perbedaan cara pembelajaran yang diterapakan masing-masing guru seperti ada yang memperbolehkan membawa laptop kekelas dan ada yang tidak  membuat para siswa menjadi bingung untuk mengambil tindakan di sekolah. Selain dari  penggunaan Konsep E-Learning, kami juga melihat kondisi, suasana dan manajemen kelas yang ada disekolah tersebut. Dan menurut kami kondisi dan suasana kelas di sekolah itu masih kurang baik dari segi pencahayaan, sirkulasi udara, dan tata kelas. Manajemen Kelas yang diterapkan juga masih kurang baik, sehingga mengakibatkan kondisi kelas menjadi tidak kondusif.
Kemudian, dari hasil pengamatan kami, kami melihat bahwa motivasi murid mengenai pembelajaran E-Learning di kelas cukup antusias bahkan sangat antusias sampai-sampai mengakibatkan kondisi kelas terkesan tidak kondusif.
2. Rangkuman Pribadi 
Berdasarkan hasil observasi, saya melihat bahwa penerapan konsep e-learning di sekolah tersebut belum berjalan maksimal. Seperti, penyediaan wifi yang jaringannya tidak meluas, hanya sebatas kantor kepala sekolah, guru, dan kelas yang ada di sekitar kantor tersebut yang bisa mengakses wifi tersebut, sebagian guru di sekolah tersebut pun masih ada yang belum memahami konsep e-learning, sehingga hanya sedikit guru-guru yang memakai pembelajaran e-learning dalam proses belajar mengajar. Seperti pada sekolah yang saya observasi, guru-guru yang paling sering menggunakan pembelajaran ini adalah guru-guru science (biologi,fisika,kimia). Selain dari penggunaan konsep e-learning, saya juga melihat kondisi, suasana, dan manajemen kelas yang ada disekolah tersebut. menurut saya, kondisi dan suasana kelas masih kurang baik dari segi pencahayaan, sirkulasi udara, dan tata kelas. Dari segi pencahayaan, kelas terlalu gelap, sirkulasi udara, ac dalam ruangan tidak dihidupkan, sehingga menyebabkan kepanasan. Tata kelas juga belum tertata dengan baik, karena saya melihat bahwa guru hanya melihat yang duduk didepan saja, yang paling belakang tidak diperhatikan. Kelas juga banyak sampah, seperti tidak dibersihkan, dan tidak ada tempat sampah didalam kelas. Hal tersebut membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif.  

B. Testimoni Tentang Perencanaan dan Proses Observasi
Nadela Trully Marbun
Menurut saya, pelaksanaan observasi yang ditugaskan dalam dalam mata kuliah psikologi pendidikan ini sangat membantu kami dalam memahami dan memperluas wawasan kami terhadap sistem pendidikan e-learning ini. Berkenaan dengan sistem e-learning di sekolah yang kami observasi, menurut saya penggunaan e-learning cukup memadai karena saya melihat penggunaan proyektor cukup menunjang pembelajaran khususnya menambah ketertarikan para siswa yang tampak dari beberapa siswa yang cukup aktif dalam proses pembelajaran dan selain itu juga membantu memudahkan para guru dalam memberikan materi pelajaran.
Ramot Hutasoit
Saya pribadi, melihat Konsep E-Learning sangat membantu pembelajaran saat ini. Selain, penggunaan waktu yang semakin efektif, penggunaan Konsep E-Learning juga sangat membantu baik guru maupun murid dalam proses belajar mengajar saat ini. Saya pribadi, sangat mendukung adanya Konsep E-Learning ini. Dengan adanya Konsep E-Learning saya merasa sistem pembelajaran seharusnya dapat semakin berkembang dan semakin maksimal dalam hal pengerjaannya. Namun dari observasi yang telah kami lakukan, saya merasa manfaat dari Konsep Pembelajran E-Learning masih sangat kurang dirasakan akibat penarapannya yang kurang maksimal. Saya berharap, agar penggunaan Konsep E-Learning ini sendiri semakin digalakkan lagi agar sistem pembelajaran dapat lebih bervariasi sehingga tidak menimbulkan kejenuhan seperti yang dirasakan kebanyakan siswa pada saat ini.
Ribka Lidwina
Keberhasilan dapat diraih dengan adanya kerjasama dalam kelompok dan kekonsistenan diri.Itulah salah satu pembelajaran yang dapat saya raih melalui observasi sekolah ini yang dimana merupakan kali pertama bagi saya pribadi.Dimana dalam proses observasi ini awalnya timbul rasa canggung yang lama kelamaan tertutupi dengan adanya sambutan yang baik dari pihak sekolah.Dalam proses observasi kamipun menyadari pentingnya  e-learning ini pada sekolah-sekolah guna mendukung proses belajar.Di sekolah tempat kami observasi penggunaan e-leaning sudah cukup memadai untuk keberlangsungan pembelajaran.
Karin R J Napitupulu
Awalnya, pada saat berdiskusi mengenai kegiatan observasi ini, kami mengalami kesulitan dalam menentukan ke tingkat sekolah mana yang akan kami observasi. Kelalaian kami juga karena kami mencari sekolah itu di bulan-bulan terakhir anak sekolah belajar. Namun, belajar dari kelalaian kami tersebut, kami akhirnya mendapatkan sekolah.  Kegiatan Observasi merupakan kegiatan yang  baru yang menambah pengalaman saya. Kegiatan tersebut juga menambah pengetahuan kami dalam menilai, mengamati objek dari berbagai sisi dan menyesuaikan dengan teori-teori pembelajaran yang sudah kami pelajari.

Tefan A Simanjuntak
Walaupun pada awalnya kami memiliki kesulitan dalam mencari sekolah yang telah menerapkan e-learning, namun saya sangat menikmati kegiatan ini. Observasi yang kami lakukan ini selain dapat menambah pengalaman kami, juga dapat memberikan pemahaman yang lebih kepada kami mengenai konsep belajar e-learning dan banyak hal dalam menilai suatu pembelajaran dari berbagai sisi.





Jumat, 07 Juni 2013

EMOSI

Pengertian Emosi
Pada tahun 1899 Charles Darwin mencatat ada banyak emosi pada manusia Misalnya; Takut dan Marah . Hal tersebut juga dapat ditemui pada anjing , burung dan binatang yang lain . Mengapa hewan mengalami emosi?  Emosi juga berpengaruh untuk seleksi alam pada mahuk hidup . Emosi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak awal kemudian diwariskan secara genetis kepada penerusnya dan terus diperkaya oleh pengalaman – pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan .Apa yang dirasakan manusia dalam varian emosi dan ekspresinya telah dipelajari oleh para ilmuwan , khususnya yang berkecimpung dibidang tingkah laku manusia .
Emosi adalah keadaan dimana seseorang menerima rangsangan dari luar, baik rangsangan itu negatif maupun positif. Rangsangan positif maksudnya adalah rangsangan yang membuat hati seseorang itu senang, sedangkan negatif maksudnya adalah rangsangan yang membuat seseorang itu merasa sedih atau marah. Kadang emosi sedih bisa juga dikaitkan dengan emosi yang berasal dari rangsangan positif.
Banyak orang menganggap emosi itu adalah sikap seseorang yang muncul ketika orang itu sedang marah. Namun kenyataannya tidak, emosi memiliki berbagai macam jenis, marah, sedih, senang, bingung, itu semua termasuk dari emosi. Yang membedakan adalah bagaimana cara mereka mengungkapkan rasa emosi itu. Dan emosi itu terjadi sesuai dengan keadaan yang sedang orang itu alami. Sikap – sikap yang dikeluarkan juga berbeda – beda. Definisi setiap orang tentang emosi itu berbeda – beda, oleh karena itu hal ini menjelaskan bahwa emosi adalah sebuah fenomena yang sangat kompleks. Namun demikian, semuanya tetap ada benang merahnya. Ada lima benang merah diantara definisi emosi, yakni emosi dipicu oleh interpretasi seseorang terhadap suatu kejadian, adanya reaksi fisiologis yang kuat, ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika, merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya, dan membantu seseorang beradaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan.
•         Emosi dipicu oleh interpretasi terhadap suatu kejadian. Emosi ini muncul ketika anda mengalami suatu kejadian. Misalnya, ketika anda sedang mengerjakan tugas kuliah,  dan anda mendapatkan nilai yang memuaskan, anda akan mengeluarkan emosi senang, atau sedih karena anda merasa bangga pada diri anda sendiri. Atau mungkin anda mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan kerja keras yang anda telah lakukan, anda akan menunjukan sikap emosi baik itu marah, ataupun kecewa. Oleh karena itu definisi ini merupakan definisi dari emosi yang sangat umum.

•         Reaksi fisiologis yang kuat. Emosi muncul disertai adanya reaksi fisiologis yang cukup untuk membuat Anda menyadari adanya perbedaan dalam diri Anda. Misalnya detak jantung meningkat cepat, tangan gemetar, ingin kabur, dan sebagainya.

•         Ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika. Artinya, semua orang memiliki kemiripan dalam mengekspresikan emosi. Baik itu emosi senang, sedih, marah, semua orang memiliki ekspresi yang sama. Pria – perempuan, hitam – putih, indonesia – dengan negara – negara lain, semua memiliki ekspresi yang sama.

•         Emosi merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Melalui emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah terjadi.

•         Emosi membantu adaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan. Bayangkan jika manusia tidak merasa takut terjun ke dalam jurang. Maka, mungkin kematian manusia adalah hal yang biasa terjadi. Karena adanya takut, maka manusia berupaya menyiasati adanya jurang, mungkin membuat jembatan, membuat pagar pembatas, atau menjauhinya.
Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan. Tiba-tiba saja Anda mengalami emosi tertentu. Anda baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami. Misalnya Anda bertemu orang asing, maka spontan saja Anda mengalami emosi. Anda tidak akan bisa meniatkan untuk mengalami emosi tertentu. Karena emosi adalah sikap yang terjadi bukan karena dibuat – buat, tapi bukan berarti anda tidak bisa melakukan emosi dengan sengaja atau dibuat – buat. Contohnya, ketika seorang aktor memerankan suatu peran, dimana peran itu mengharuskan dia menangis, marah, kesal, senang, terkejut, dan lain – lain, mereka melakukan emosi dengan sengaja atau dibuat – buat. Namun melakukan hal ini sangat susah, dan tidak semua orang bisa melakukan hal ini tanpa berlatih.

WATSON-TELLEGEN MAP

Watson dan tellegen Map menggambarkan bagaimana watson dan tellegen mendesskripsikan bagian bagian emosi yang dapat diibaratkan seperti mata angin yang berlawanan Timur-barat , Utara-Selatan. Terdiri atas 4 bagian antara lain High Positive Affect , Low positive Affect , High Negative affect dan low negative affect. 3 TEORI EMOSI 1.Teori James-Lange Teori James-Lange begitu teori ini disebut setelah william james dari amerika dan Carl Lange dari Denmark secara bersamaan mengemukakan teorinya.Carl Lange mengatakan emosi identik dengan perubahan peredaran darah .Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh william james dengan mengatakan Emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan – rangsangan dari luar . Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari teori paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James: “Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut karena kita gemetar”. Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Diusulkan serangkaian kejadian dalam keadaan emosi: (1) kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi, (2) kita bereaksi ke situasi tersebut, (3) kita memperhatikan reaksi kita. Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga pengalaman emosi – emosi yang dirasakan – terjadi setelah perubahan tubuh; perubahan tubuh (perubahan internal dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan dari tubuh) memunculkan pengalaman emosional.Teori ini menekankan emosi sebagai respon dari perubahan faali yang terjadi pada diri mahluk hidup . ketika melihat Harimau lepas dari kandangnya kita pun langsung lari terbirit-birit dan kemudian jantung berdebar . Dengan perkataan lain kita takut karena jantung berdebar-debar bukan sebaliknya lari dan jantung berdebar-debar akibat dari rasa takut . Agar teori ini berfungsi, harus ada suatu perbedaan antara perubahan internal dan eksternal tubuh untuk setiap emosi, dan individu harus dapat menerima mereka. Di samping ada bukti perbedaan pola respon tubuh dalam emosi tertentu, khususnya dalam emosi yang lebih halus dan kurang intens, persepsi kita terhadap perubahan internal tidak terlalu teliti. 2. Teori Cannon-Bard Walter Bradford cannon , psikolog amerika serikat menolak teori james-lange yang lebih dahulu popular.Kembali pada contoh harimau lepas tadi , pada saat berpapasan dengan harimau , maka hipotalamus yang ada didalam otak melakukan dua hal secara simultan . Pertama , ia menstimulasi sistem syaraf otonom untuk memproduksi atau mengaktifkan perubahan –perubahan fisiologis , seperti meningkatnya degup jantung , napas yang cepat dan sebagainya .Kedua hipotalamus mengirim pesan kepada cerebral cortex dimana pengalaman emosi dirasakan .Phillip Bard yang datang kemudian mendukung teori ini melalui penelitian-penelitiannya sehingga teori ini disebut teori cannon-Bard.Teori ini hendak menjelaskan bahwa persepsi terhadap objek yang dapa menimbulkan emosi diproses secara simultan oleh dua instansi yakni sistem saraf otonom dan erebral cortex. Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain, keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output dalam dua arah: (1) ke organ-organ tubuh dalam dan otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh, (2) ke korteks cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang dirasakan. Kebalikan dengan teori James-Lange, teori ini menyatakan bahwa reaksi tubuh dan emosi yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti reaksi tubuh tidak berdasarkan pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita tahu bahwa hipothalamus dan daerah otak di bagian lebih bawah terlibat dalam ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin apakah persepsi tentang kegiatan otak lebih bawah ini adalah dasar dari emosi yang dirasakan. 3. Teori Kognitif tentang Emosi Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah: 1. Interpretasi stimuli dari lingkungan Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu, maka kamu akan dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam teori kognitifpada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lamapau. Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang kemudian akan menghasilkan arousl secara fisiologis. 2. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf otonom Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori kognitif menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam mengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri. Ilustrasi tiga teori besar dari emosi: (1) James-Lange theory, (2) Cannon-Bard theory, dan (3) Cognitive theory
 


Fisiologi dan Lie Detector
Keadaan Fisiologis yang menyertai emosi tertentu pada beberapa orang, untuk bisa mengenali bahwa kita sedang akan mulai beremosi itu agak sulit. Tapi sebenernya kalau kita lebih aware kita bisa mengenalinya. 
Caranya? Biasanya kalau kita mau mulai merasakan suatu emosi tertentu, ada kondisi fisiologis yang menyertainya. Ada yang merasa darah mulai naik ke kepala, ada yang debar jantungnya jadi lebih cepat, ada yang merasa dadanya sesak, ada yang merasa perutnya sakit, ada juga yang mual, dll. 
Perubahan kondisi fisiologis ini yang bisa jadi alarm buat kita bahwa kita akan mulai merasakan suatu emosi tertentu. Jadi usahakan untuk lebih peka terhadap perubahan kondisi fisologis diri sendiri saat menghadapi suatu situasi.
Apa itu tes lie detector dan seberapa valid untuk menginvestigasi kejahatan ? Dalam tes lie detector ,individu ditanyai perrtanyaan-pertanyaan tentang kriminal dan pada saat itu juga dilakukan penghitungan fisiologi yang dapat mengindikasikan rangsangan simpatetis dari sistem saraf otonom seperti berkeringat, tekanan darah,heart rate,breathing rate dan ketegangan otot.Dan alat yang digunakan untuk menghitung itu semua disebut dengan Polygraph .
Sebuah instrumen poligraf pada dasarnya adalah kombinasi alat-alat medis yang digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dalam tubuh. Seseorang akan ditanya tentang peristiwa atau kejadian tertentu, para pemeriksa akan melihat bagaimana detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan dan aktivitas elektro-dermal (keringat, dalam kasus ini jari-jari) perubahan perbandingan tingkat normal. 
Lie Detector mendeteksi adanya kebohongan dari sistem gelombang. bila seseorang bohong maka gelombang akan bergetar cepat. sebaliknya jika seseorang jujur, maka gelombang tidak bergetar dengan cepat dan tidak terdeteksi oleh Lie Detector.
Berikut sensor sensor yang terpasang ke tubuh kita saat melakukan sebuah tes kebohongan:
1. Sensor Respiratory rate (pneumographs), berwujud tabung karet yang berisi udara dan di ikatkan mengelilingi area perut/dada. Ketika dada atau otot-otot perut mengembang, udara di dalam tabung  dipindahkan dalam bentuk grafik pada layar. 
2. Sensor Tekanan darah. Sebuah alat pengukur tekanan darah ditempatkan sekitar lengan (mirip alat tes tekanan darah pada medis). alat ini mencatat perubahan-perubahan dalam tekanan darah dan dengan sebuah alat data tersebut dikirim dan dimunculkan dalam Grafik.
3. Galvanic skin resistance (GSR). Ini juga disebut pencatat aktivitas elektro-dermal dan pada dasarnya adalah pengukur dari keringat di ujung jari anda (di pasang 2 sensor di ujung jari anda). Ujung jari adalah salah satu daerah yang paling berpori pada tubuh dan indikasinya adalah jika kita berkeringat maka kita sedang dalam tekanan dan alami muncul disaat orang berbohong.
Tes ini berdasarkan pada asumsi atau perkiraan bahwa seseorang akan bereaksi secara emosional dan secara otonom ketika mereka menceritakan kebohongan .Lie detector itu sendiri menggunakan langkah –langkah yang disebut dengan  guilty knowledge test  .Disini individu ditanyai pertanyaan yang akan hanya diketahui dengan guilty party .Sebagai contoh penguji tersebut akan bertanya apakah orang tersebut telah mencuri seperti cincin,jam ataupun dompet .Jika yang dicurigai menjawab tidak namun menunjukkan reaksi dalam sistem saraf simpatetis otonom maka hassilnya akan menunjukkan bersalah pada orang yang dicurigai tadi  .Tes ini dianggap perlu karna bahkan orang yang tidak bersalah akan bereaksi secara emosi apabila ditanya seperti” Apakah kamu mencuri di rumah Smith ?”
Psikolog David Lykken telah membuat studi tentang pendeteksi kebohongan yang careful dan wajar selama bertahun-tahun.20 tahun yang lalu dia mengakhiri bahwa lie detector yang telah dilatih itu memilki hasl yang akurat dalam mendeteksi penipuan tetapi terdapat error yang sangat tinggi untuk dapat diterima. Berdasarkan akumulasi bukti sejak saat itu, namun ia telah baru-baru ini menyimpulkan bahwa mereka tidak jauh lebih akurat daripada melempar koin. Walaupun  penggunaannya telah dilarang di proses pengadilan federal tetapi mereka masih digunakan dalam interogasi polisi dan oleh pembisnis untuk menyaring karyawan.











Role of learning and Culture in Emotions
Banyak Psikolog percaya bahwa setidaknya emosi yang paling mendasar adalah bawaan dan tidak harus dipelajari.Perbandingan budaya yang berbeda namun belajar  memainkan peran penting dalam emosi dengan 2 cara. Pertama,cultural leaning mempengaruhi mengekspresikan emosi lebih dari apa yang dialami .Sebagai contoh,beberapa budaya membebaskan untuk mengekspresikan emosi namun di budaya lain mengajarkan individu melalui modelling dan reinforcement untuk menampakkan hanya sedikit emosi mereka di muka umum.
Paul Ekman melakukan studi cerdas tentang pengaruh pembelajaran budaya dalam mengekspresikan emosi.Mereka menunjukkan orang-orang Jepang dan Amerika yang merupakan peserta film tidak menyenangkan yang melibatkan rasa sakit dan cidera kemudian merekam ekspresi wajah mereka.Ketika orang-orang dari 2 budaya tersebut sedang sendiri tidak ada perbedaan ekspresi muka di keduanya namun ketika figur itu hadir  juga dalam ruangan maka .Orang –orang jepang lebih menutupi ekspresi negatif dengan persamaan senyum daripada orang-orang amerika  .Itu terlihat bahwa di budaya jepang terdapat larangan mengekspresikan emosi negatif.
Kedua,Ada perkumpulan bukti-bukti bahwa orang-orang dengan budaya yang berbeda cenderung menafsirkan dengan berbeda situasi-situasi yang menciptakan reaksi emosional .Ini masuk akal pada teori perspektif kognisi emosi bahwa situasi stimulus yang sama daapt menimbulkan reaksi emosional yang sangat berbeda dalam dua orang yang berbeda jika mereka menginterpretasikan situasi berbeda.Ini terlihat bahwa interpretasi seseorang merupakan hasil  dari perbedaan pengalaman pembelajaran sosial.Oleh karena itu masuk akal bahwa orang yang dibesarkan dalam budaya berbeda bisa belajar untuk menafsirkan rangsangan emosional yang berbeda.
Klaus Scherer mempelajari topik ini dengan mengumpulkan data di 37 negara .Tiap masing-masing negara terdapat 100 mahasiswa yang diminta untuk mengingat situasi yang pernah mereka alami  .Mereka kemudian ditanya sejumlah pertanyaan bagaimana peristiwa tersebut memicu emosi mereka .Scherer menemukan lebih banyak persamaaan daripada perbedaan .Sebagai contoh mahasiswa dari Afrika lebih suka menunjukkan ekspresi emosi negatif mereka sebagai akibat dari perilaku orang lain dan untuk menunjukkan perilaku yang disebabkan oleh ketidakmoralan dan terhadap perilaku seperti itu.
Perbedaan budaya dalam emosi  merupakan hal yang baru .Tapi satu yang menjanjikan untuk membertitahu kita banyak tentang emosi manusia .Jika ada perbedaan budaya yang penting dalam bagaimana kita menginterpretasikan dan mengetahui arti emosi dalam setiap kejadian dalam hidup kita,kita harus memahami  perbedaan ini karena warga dunia adalah untuk sepenuhnya berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain .  























The Pursuit of Happiness (Mengejar Kebahagiaan)
Para psikolog telah membuat beberapa penelitian mengenai “kebahagiaan”. Ada beberapa pertanyaan mengenai faktor yang diduga mempengaruhi kebahagiaan, yaitu:
Apakah uang dapat membeli kebahagiaan?
Jika kita melihat beberapa negara di seluruh dunia, beberapa masyarakat pada Negara maju lebih cenderung mengatakan bahwa mereka lebih bahagia dibandingkan dengan masyarakat pada Negara miskin. Namun hal ini tidak bias dijadikan patokan bahwa masyarakat pada Negara maju tersebut memiliki kebahagiaan karena uang. Ada 2 sebab mengapa hal tersebut tidak bias dijadikan patokan. Pertama, karena Negara maju adalah negara yang memiliki pemerintahan yang stabil dan rakyatnya memiliki hak-hak dan kebebasan, sehingga dapat dikatakan tidak jelas apakah kebahagiaan yang dirasakan rakyat Negara maju berasal dari hak-hak dan kebebasan atau uang yang dimilikinya. Kedua, di antara warga negara-negara maju, ada sedikit korelasi antara pendapatan dan kebahagiaan seseorang.ini karena, setelah kebutuhan dasar seseorang untuk makanan, tempat tinggal, dan keamanan terpenuhi, membuat uang tidak banyak berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang.
Apakah memiliki teman-teman dan pasangan romantis membuat Anda bahagia?
Baik pria maupun wanita yang menikah atau berada dalam hubungan berkomitmen yang romantis sedikit lebih mungkin untuk melaporkan bahwa mereka bahagia daripada orang dewasa yang tidak pernah memiliki pasangan (Myers, 2000). Ada kemungkinan bahwa orang yang lebih bahagia dapat memikat teman dan pasangan yang romantis. Tentu kita tidak merasakan bahagia pada semua hubungan pribadi, hanya hubungan yang memiliki keintiman atau keakraban yang memberikan kita rasa bahagia. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang menjadi jauh lebih bahagia setelah mereka menikah, yang lain menjadi kurang bahagia, sementara sebagian orang menjadi sedikit lebih bahagia (Lucas & others, 2003). Ada kemungkinan bahwa pernikahan hanya memberikan kebahagiaan ketika mereka dapat bersifat adil dan bebas dari konflik yang serius.
Apakah bekerja membuat Anda senang?
Pekerjaan terlihat sebagai contributor utama pada kebahagiaan. Terlihat pada orang-orang yang dipecat yang kehilangan kebahagiaannya. Namun, kebahagiaan yang kita peroleh dari kerja tergantung pada alasan kita untuk bekerja. Bagi orang-orang yang menjadi terlibat dalam kegiatan mereka (pekerjaan, pekerjaansukarela, hobi, dll) yang secara intrinsik termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan ini, dan yang memandang tantangan sebagai satu-satunya hal yang harus mereka temui, kerja adalah sumber kebahagiaan (Kasser&ryan, 1993); Massimi&DelleFave, 2000). Di sisi lain, bekerja keras hanya untuk membuat banyak uang dan memiliki harta benda sering merugikan hubungan social dan keluarga dan menyebabkan ketidakbahagiaan.


Apakah agama membuat Anda bahagia?
Bukti di sini adalah campuran dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa orang dengan keyakinan agama yang kuat lebih bahagia daripada yang lain (Myers, 2000), tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi. Karena hal yang bertentangan ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut pada topic ini.

Kebahagiaan ini terkait dengan kepribadian kita sampai batas yang cukup.Untuk saat ini, diketahui bahwa orang yang mendapat skor tinggi pada pengukuran "extraversion" (kepribadian social out-going dan tanpa hambatan) cenderung lebih bahagia daripada orang lain. Dan juga orang yang mendapat skor rendah pada trait kepribadian "neurotisisme" (yang berarti bahwa mereka tidak marah dengan mudah dan cepat sembuh ketika mereka marah) juga cenderung untuk menjadi bahagia (Diener& others, 2003; Schimmack& others, 2002). Data dari sebuah studi besar dan penting dari 2.310 kembar setengah baya menunjukkan bahwa factor genetic mempengaruhi setengah dari kebahagiaan kita yang membuat kita berbeda satu sama lain. Temuan ini menunjukkan bahwa banyak kebahagiaan kita tergantung pada gen kita, mungkin karena pengaruh besar genetika pada trait kepribadian kita. Bahkan jika itu benar bahwa setengah dari perbedaan dalam kebahagiaan antara orang-orang adalah hasil dari genetika, namun, setengah lainnya tetap berada di tangan kita.
KeragamanManusia: PerbedaanBudayadalamKebahagiaan
Ketika suatu ukuran kebahagiaan diberikan kepada masyarakat di negara yang berbeda, terlihat jelas bahwa ada beberapa negara yang lebih bahagia dibandingkan Negara lainnya.Ada perbedaan yang jelas dalam tingkat kebahagiaan yang dilaporkanbahkan di antaranegara-negara dengan demokrasi yang stabil dan pendapatan yang tinggi.Contohnya, rata-rata tingkatkebahagiaan yang dilaporkan dalam Denmark adalah 33 persenlebihtinggidaripada yang dilaporkan di Jepang.Hal initelahmenyebabkanbeberapapsikologberhipotesisbahwabudayaJepang, yang berfokuspadakesejahteraankelompokdaripadaindividu, tidak mendorong tingkat tinggi kebahagiaan individu.Untuk mendukung pandangan ini, hubungan yang kuat antara trait kepribadiandan kebahagiaan ditemukan untuk menjadi sangat mirip dalam banyak kebudayaan.Bagaimanapun juga, bahwa hal yang berbeda tersebut membuat orang dalam budaya yang berbeda merasa bahagia.






Agresi: Aspek Emosional dan Motivasi

Agresi sangat penting bagi umat manusia.Pada saat ini manusia sedang berusaha untuk menciptakan masyarakat yang beradab.Namun, kenyataan yang menyedikan pada saat ini adalah tidak ada satupun catatan spesies hewan yang mendekati catatan manusia dalam hal tindakan kekerasan dan berbahaya untuk melawan anggota spesiesnya sendiri.
Sifat agresif yang menyebabkan kekerasan terus terjadi, seperti di AmerikaSerikat, meskipun penurunan terakhir, kekerasan telah menjadi yang kedua yang paling umum penyebab kematian di antara 15 hingga 24 tahun usia setelah kecelakaan, dan itu adalah penyebab utama kematian di antara laki-laki AmerikaAfrika. Mungkin yang paling tidak bias dimengerti adalah frekuensi agresi terhadap anggota keluarga sendiri.Lebih dari sepertiga dari pembunuhan diselidiki oleh  FBI telah dilakukan oleh salah satu anggota keluarga terhadap yang lain dan beberapa3 persen melibatkan pembunuhan anak oleh orang tua. Setiap tahun di AmerikaSerikat, 4 juta suami dan istri menyerang satu sama lain, sehingga lukaparah dalam seperempat juta kasus. Setiap tahun, juga, dua juta anak-anak ditendang, ataudipukuli oleh orang tua mereka.
Agresi adalah sebuah fenomena kompleks dengan aspek baik motivasional dan emosional yang harus kita periksa dengan baik. Seperti topik yang paling penting dalam psikologi, agresi telah menjadi focus dari banyak penelitian dan spekulasi teoritis. Satu pandangan menyatakan bahwa agresi adalah naluri alami, yang lain menunjukkan bahwa itu adalah reaksi alami untuk efek samping seperti frustasi dan rasa sakit, dan sudut pandang ketiga menganggap agresi sebagai perilaku telah yang dipelajari. Kita akan melihat posisi-posisi teoritis tersebut satu per satu.












1.Pengertian Agresi
Agresi adalah suatu topik yang mempunyai arti penting tertinggi pada ras manusia . Agresi walaupun merupakan konsep yang sangat familiar tetapi tampaknya tidak mudah untuk mendefinisikannya. Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis (Baron & Byrne, 1994; Brehm & Kassin, 1993; Brigham, 1991). Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi. Rasa sakit akibat tindakan medis misalnya, walaupun sengaja dilakukan bukan termasuk agresi. Sebaliknya, niat menyakiti orang lain tetapi tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan sebagai perilaku agresi.
Unsur Subjective Judgement  Dominan 
Ketika perilaku agresi dipandang dari sisi niat, hal ini menjadi sesuatu yang mempunyai nilai subjektif.
Offensive Aggression 
Bagaimana kita tahu bahwa perilaku agresi yang dilakukan itu merupakan sesuatu yang didasarkan niat atau tidak? Di masyarakat banyak perilaku agresi yang tidak ditujukan langsung pada sumber penyebab agresi tetapi diarahkan secara tidak langsung. 
Retaliatory aggression 
Perilaku agresi yang merupakan respon provokasi. 
Instrumental aggression 
Perilaku agresi yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lain, misalnya membunuh korban untuk merampok hartanya.
Mengapa ada manusia yang sangat agresif? Apa yang dapat kita lakukan untuk menahan kekerasan dalam masyarakat ? Agresi adalah suatu peristiwa kompleks dengan kedua aspek motivasional dan aspek emosional yang perl diuji secara hati-hati. Seperti kebanyakan topik penting dalam psikologi, agresi telah menjadi fokus banyak riset dan spekulasi teoritis.

Satu pandangan menyataakan  agresi itu adalah suatu naluri alami, yang lain menyatakan bahwa itu adalah suatu reaksi alami ke peristiwa kurang baik seperti frustrasi dan sakit, dan pandangan ketiga menyatakan bahwa agresi sebagai  perilaku yang dipelajari. Kita akan memperhatikan satu demi satu teorinya.



2. Freud’s Instinct Theory (Freud)
Freud mengatakan bahwa semua manusia dan binatang lahir dengan naluri/insting agresif yang kuat. Naluri/insting ini menciptakan suatu pengarah untuk melakukan suatu tindakan agresif untuk dipenuhi.  Kuncinya untuk menahan kekerasan, menurut teori naluri freud, temukan jalan untuk proses melepaskan dari naluri, seperti bersaing dalam bisnis atau olahraga,menonton olahraga yang agresif, atau membaca tentang kejahatan kejam. 
Aspek yang kontroversi dari teori Freud adalah dia percaya bahwa energi naluri agresif harus dilepaskan dengan berbagai cara. Dia menyebut proses melepaskan dari naluri yaitu catharsis. Catharsis biasanya terjadi karena menambahnya agresi. 

Frustration-Aggression Theory (Berkowitz)
Apabila manusia mempersepsi bahwa dirinya dihambat untuk mencapai tujuan,  frustrasinya akan berubah menjadi agresi. Mereka percaya bahwa agresi adalah reaksi natural terhadap frustasi yang merupakan motivasi penting. Contohnya : seorang anak yang berusaha mengambil mainan dari anak lain mungkin akan mendapatkan sebuah pukulan di hidung dari anak tersebut atau bangsa yang menghalangi keinginan bangsa lain  untuk mendapatkan  minyak atau pelabuhan , bangsa tersebut akan menjadi target peperangan. Oang-orang atau bangsa bereaksi frustasi dengan kemarahan dan agresi. Tidaklah mengejutkan, kekerasan jadi lebih umum antar orang-orang yang tinggal dalam kemiskinan, sebagaimana adanya usaha mereka tersebut terhalang dalam hal-hal paling mendasar  yaitu kebutuhan mereka.

Social Learning Theory (Albert Bandura)
Albert Bandura dan ahli teori social learning lainnya percaya bahwa orang-orang agresif , jika mereka sudah mempelajari bahwa itu bermanfaat. Teori social learning tidak menyangkal bahwa frustasi dapat membuat kita lebih mungkin untuk agresif dan marah, tetapi mereka menyatakan bahwa kita akan bertindak agresif jika kita sudah mempelajari untuk melakukannya. Ahli-ahli teori social learning secara langsung bertentangan dengan topik catharsis freud .



Agresi merupakan perilaku sosial yang dipelajari melalui:
reinforcement: perilaku agresif yang diberi reward
modeling, observation, vicarious reinforcement
pengaruh media: televisi yang memupuk perilaku agresif

Ahli teori social learning, cenderung membantah bahwa aktivitas ini tidak akan mengurangi kekerasan tetapi sebagai gantinya akan meningkatkannya, dengan pengajaran kekerasan kepada orang.

























Teori kognitif agresi
Dalam beberapa tahun terakhir, teori kognitif agresi telah dikembangkan dalam upaya untuk menjelaskan agresi antara individu dan perang yang terjadi terus-menerus di antara negara-negara. Misalnya, Eidelson dan Eidelson (2003) lima keyakinan yang mereka percaya bahwa peperangan terjadi karena:
Keunggulan
Keyakinan bahwa sekelompok orang lebih unggul dari kelompok lain dalam alasan agama, ras atau lainnya membuatnya lebih mudah untuk memandang orang 'rendah'.
Korban ketidakadilan
Banyak kelompok orang menganggap bahwa mereka adalah korban ketidakadilan. Meskipun mereka mungkin memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka telah menjadi korban, kepercayaan ini mendorong terjadinya perang dengan membenarkan pembalasan. Tindakan balasan ini membuat kelompok lain merasa bahwa mereka adalah korban ketidakadilan  juga, yang membuat mereka terlibat dalam tindakan baru agresi. Siklus ini akan membuahkan hasil penghukuman korban dari yang dijadikan korban yang tampaknya tak berujung di beberapa kasus
Kerentanan
Keyakinan bahwa kelompok anda rentan terhadap serangan dari kelompok lain kadang-kadang digunakan untuk membenarkan agresi lebih dahulu. Agresi ini membuat kelompok lain dan simpatisan mereka merasa rentan dan menjadi korban serta meningkatkan kemungkinan mereka untuk agresi
Ketidakpercayaan
Beberapa kelompok percaya bahwa kelompok lain tidak bertindak dengan itikad baik, tetapi bermusuhan dan bermaksud melukai mereka. Keyakinan ini sering digunakan untuk menggambarkan musuh sebagai penjahat dan membenarkan perang untuk melawan mereka
Ketidakberdayaan
Beberapa kelompok merasa bahwa mereka tidak dapat memecahkan masalah mereka melalui kerja keras dan negosiasi damai. Bahkan negara-negara kuat kadang-kadang merasa bahwa tidak ada cara damai untuk memecahkan masalah dengan musuh-musuh mereka. Perasaan tidak berdaya membuat perang tampak seperti alternatif yang masuk akal.

Geng-geng kekerasan remaja

The united states telah lama memiliki masalah dengan kejahatan yang dilakukan oleh remaja perkotaan yang tergabung di dalam geng, tetapi dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi peningkatan baik dalam jumlah pemuda dalam geng dan kekerasan yang mereka lakukan. Psikolog Ervin Staub (1996) telah memberikan sebuah teori yang masuk akal untuk menjelaskan peningkatan kekerasan geng di Amerika yang menggabungkan unsur-unsur antara frustrasi-agresi dan teori belajar sosial agresi. Menurut  Staub (1996), masalah dimulai di rumah remaja yang kemudian bergabung dengan geng. Ketika orangtua menggunakan hukuman fisik yang keras untuk mendisiplinkan anak-anak mereka, orang tua merupakan model agresi bagi anak untuk ditiru. Selain itu, anak tersebut cenderung untuk bereaksi terhadap rasa sakit dari hukuman berat dengan perilaku yang lebih agresif. Hal ini sering menyebabkan orang tua untuk mencap anak agresif sebagai 'tidak baik' dan berhenti untuk mengawasi kegiatan- serta memberi anak kebebasan untuk menghabiskan waktu dengan anggota geng yang lebih tua.

Orangtua yang keras dan tidak mampu akan menciptakan anak-anak yang bertindak dengan agresif terhadap teman sekelas mereka di sekolah, serta menyebabkan penolakan oleh sebagian besar rekan-rekan mereka yang kebanyakan takut dan tidak suka pengganggu yang agresif. Tapi geng terdiri dari pemuda agresif lainnya menawarkan tempat untuk anak-anak agresif yang telah ditolak oleh keluarga serta rekan-rekan mereka. Orang yang paling mungkin untuk respek terhadap tindakan agresif dari remaja yang belum dewasa merupakan salah satu dari remaja yang agresif yang telah ditolak oleh keluarga dan teman sebayanya.

Sayangnya, geng menyediakan tempat untuk mendorong perasaan yang kuat  'kami' vs 'mereka'. Geng mendorong anggota mereka untuk membenci dan merendahkan anggota geng lain dan menganggap mereka sebagai 'penentang’.  Konflik antara persaingan geng yang lebih sering dan intens karena penjualan obat terlarang oleh kelompok-kelompok remaja miskin yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk naik di atas dari frustrasi kemiskinan.


Seperti kita semua, pemuda geng hidup dalam masyarakat yang membombardir mereka dengan pesan bahwa kekerasan adalah cara yang efektif untuk memecahkan masalah. Mereka melihatnya di acara televisi, di bioskop, dan mengamati kekerasan yang terjadi dalam rumah dan lingkungan mereka. Jika mereka menonton berita di televisi, mereka melihat suatu bangsa yang memuji kekerasan ketika 'kami' adalah negara bersatu dan 'mereka', misalnya, tentara irak. Kami memberikan perayaan untuk menghormati pemimpin militer yang mengatur pembunuhan ratusan ribu musuh dalam perang, dan kita sering mendorong pahlawan perang kita untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Semua ini memberikan pengalaman belajar sosial yang jelas bahwa membunuh musuh mu tidak hanya bagus saja, tetapi juga merupakan sumber kebanggaan yang besar. Akhirnya, senjata otomatis yang sangat mematikan tersebar luas dalam masyarakat kita serta memudahkan tentara kecil yang kita sebut 'geng' dipersenjatai dengan baik. Dan senjata yang di tangan pemuda  agresif yang percaya bahwa mereka berperang dengan geng lain sering berarti kematian.

Penelitian dibutuhkan dalam tes ini serta teori-teori lain dari munculnya kekerasan geng di Amerika Serikat. Teori Staub cukup meyakinkan, namun masyarakat kita harus bersedia untuk berinvestasi dalam penelitian tentang geng, kekerasan dalam rumah tangga, peperangan, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya jika kita ingin menemukan cara untuk mengekang agresi.





MOTIVASI

Definisi Motivasi

Istilah Motivasi merujuk pada sebuah keadaan internal yang memicu dan memberi arah pada pikiran, perasaan, dan perbuatan. Motif adalah alasan dari segala sesuatu yang kita lakukan, rasakan dan pikirkan. Kita makan karena kita memiliki motif lapar, kita belajar karena kita memiliki motif ingin mendapat nilai yang bagus, dan sebagainya. Jika tidak ada motif dalam diri kita, maka kita tidak akan melakukan apa-apa; bengong, atau mungkin tidur.
Beberapa motif, seperti rasa lapar, terjadi karena kebutuhan biologis dan keadaan internal dalam tubuh. Faktor-faktor internal, misalnya seperti kadar gula dalam darah, adalah faktor penting yang mengontrol motif lapar dalam diri kita. Namun beberapa motif lainnya, seprti motif untuk sukses, tidak hanya berdasarkan kebutuhan biologis sederhana seperti rasa lapar, tetapi lebih kompleks dan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis dan banyak faktor. Karena itu Motif dapat dibedakan menjadi dua,
1. Motif Primer : Kebutuhan Biologis. Motif yang didasari keadaan internal fisik.
2. Motif Sekunder : Motif Psikologis. Motif yang didasari kebutuhan psikologis.
Untuk semua jenis motif diatas, pemicu eksternal memainkan peran penting dalam menstimulasi suatu motif. Misalnya melihat iklan burger di televisi menstimulasi motif rasa lapar dsb.
Selain itu, motivasi terkait erat dengan Emosi. Istilah Emosi mengacu pada perasaan positif atau negatif—umumnya reaksi akan suatu stimulus—yang disertai dengan arousal fisik dan perilaku terkait. Misalnya saat kita takut, kita merasakan sebuah perasaan negatif yang sangat tidak enak, terlihat aktivitas di bagian saraf simpatik pada sistem saraf otonom dalam tubuh, dan juga rasa takut tersebut terlihat dalam perilaku. 
Motivasi dan Emosi terkait erat karena tiga alasan:
a. Emosi dan Motivasi sama-sama mengakibatkan suatu perilaku
b. Motivasi sering disertai dengan emosi; misalnya motivasi seksual biasanya disertai dengan emosi rasa sayang dan cinta.
c. Emosi biasanya memiliki properti motivasi sendiri; misalnya karena kita marah, kita ingin memukul orang yang membuat kita kesal

Motif Primer  Kebutuhan Biologis
Kebanyakan motif yang dimiliki manusia bercabang dari kebutuhan agar organisme tersebut tetap hidup: makanan, minuman, kehangatan, tidur, menghindari sakit, dan lain-lain. Kita menyebut ini semua adalah motif primer karena jika tidak dipenuhi maka kita akan mati. Motif seksual juga termasuk kedalam motif primer. BukanKarena apabila tidak terpenuhi maka kita akan mati, tetapi jika tidak terpenuhi maka organisme tersebut tidak bisa bereproduksi dan akan berujung pada kepunahan spesies.
Disini kita akan fokus membahas tentang kebutuhan akan makan dan minum, karena motif lapar dan haus adalah motif primer yang paling dasar dan paling mudah dimengerti oleh kita.

 Homeostasis : Termostats Biologis
Hampir semua motif primer berdasarkan kebutuhan tubuh untuk mempertahankan elemen-elemen penting dalam hidup pada tingkatan tertentu : jumlah gula dalam darah yang cukup untuk memperbarui sel, jumlah air dalam tubuh yang cukup, dan lain sebagainya. Tingkatan-tingkatan penting ini diatur oleh mekanisme homeostatis. Mekanisme ini mendeteksi ketidakseimbangan dalam tubuh dan kemudian menstimulasi tindakan yang akan mengembalikan keadaan yang seimbang. Mekanisme homeostatis ini sering disamakan dengan sistem termostats dalam sistem penghangat rumah. Saat temperatur dalam rumah jatuh dibawah tingkat yang telah diatur sebelumnya, termostats akan memberi sinyal kepada penghangat untuk memproduksi panas sampai temperatur yang sesuai kembali; kemudia mesin pemanas akan mati kembali. Respons tubuh terhadap ketidakseimbangan termasuk reaksi internal dan juga perilaku eksternal. Misalnya, saat kadar air dalam tubuh berada dibawah tingkat yang aman, dikirim sinyal kepada ginjal untuk menyerap kembali tambahan air dari urin. Pada saat yang bersamaan, dikirim pula sinyal pada otak untuk mengarahkan organisme tersebut—manusia misalnya—untuk mencari air dan meminumnya. Homeostatis yang serupa terlibat juga dalam rasa lapar dan pemeliharaan suhu tubuh.
Mekanisme lapar : Pengaturan makanan yang masuk
 Hipotalamus adalah bagian dari organ yang memainkan peranan penting dalam mengkontrol lapar. Lapar diatur oleh 3 pusat di hipotalamus. Dua diantaranya dioperasikan secara berlawanan. A feeding system,dimana makan dimulai ketika makanan dibutuhkan, hal ini dilokasikan pada hipotalamus lateral, dan satiety system, dimana makan berhenti ketika konsumsi makanan telah cukup, berlokasi di hipotalamus ventromedial. 
Penelitian yang dilakukan padaseekor tikusmenunjukkan, bahwa ketika hipotalamus lateral di stimulasi oleh listrik, tikus yang sebelumnya telah berhenti makan akan kembali makan.  Jadi jika bagian hipotalamus ini rusak, maka tikus akan berhenti makan hingga akhirnya mati. Namun jika hipotalamus ventromedial yang rusak , maka tikus akan terus makan hingga akhirnya mengalami obesitas. 
Bagian ketiga dari hipotalamus yang mengatur rasa lapar adalah paraventricular nucleus. Ini adalah pusat yang meningkatkan dan menurunkan selera makan dengan mengatur kadar gula dalam darah. Ada 3 informasi yang kita terima mengenai fungsi hipotalamus dalam mengatur lapar, yaitu: 
1. Kontraksi perut
Petunjuk awal mengenai rasa lapar memang datang dari perut. Kontraksi yang terjadi mengirimkan signal ke hipotalamus lateral, dimana sebuah perut yang penuhakan mengaktifkan ventromedial.
2. Kadar gula darah
Hipotalamus berisi neuron – neuron khusus yang dapat langsung mendeteksi kadar gula di dalam aliran darah, tapi dua organ lainnya memberikan informasi kepada hipotalamus.  Dan dua metode eksperimen lainnya menyertakan hormon sebagai pengatur kadar gula darah.Ketikainsulin di suntikkan ke dalam aliran darah orang yang kenyang, maka akan menyebabkan kadar glukosa menurun, dan membuat orang tersebut merasa lapar. Sebaliknya, ketikaglukagon yang disuntikkan ke dalam aliran darah orang yang lapar, maka akan meningkatkan kadar glukosa, dan orang tersebut  tidak akan merasa lapar lagi.
3. Tingkat kegemukan tubuh 
Pemeliharaan berat badan untuk jangka panjang diatur oleh kemampuan hipotalamus untuk mendeteksi kadar lemak di tubuh.Sellemakdalamtubuh (sel adipose) yang ada di pinggang,pinggulatautempat lain mensekresileptinkedalamalirandarah. Semakinbanyaklemakdalamsel adipose, semakinbanyakleptin yang dihasilkan.Jikasirkulasileptinsampaike hypothalamus, bagianventromedial  akanmendeteksinya. 

Akibatnya,  hypothalamusbereaksidengan 3 cara:
Ventromedial mengirimpesanuntukmenghambatmakan
Memberisinyalkeparaventricular nucleus untukmengontrollapardengancaramengaturkadarguladarah
Ventromedial mengontrolberatbadandalamberesponterhadapleptin

Berat badan dan “set point”
Peningkatan lemak dalam tubuh memberi signal kepada tubuh tidak hanya untuk menggurangi makan, tapi juga meningkatkan metabolisme sel yang menghasilkan lemak. Sisten feedback ini bekerja secara berbeda pada orang yang berbeda. Hal ini lah yang membuat para ilmuwan mengeluarkan hipotesis bahwa setiap orang punya ”set point” yang berbeda. 
Lapar spesific
Hewan yang dalam eksperimen mengalami kekurangan protein, vitamin, atau lemak akan cenderung untuk makan lebih banyak makanan yang mengandung elemen – elemen tersebut. Misal: seekor tikus yang baru menjalani operasi kelenjar adrenal, tubuhnya akan mengalami kekurangan sodium, dimana sodium dapat diperoleh dengan mengkonsumsi garam. Hal ini menunjukkan bahwa berikutnya tikus lebih menyukai air yang lebih asin. Namun semenjak cara makan manusia sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan faktor psikologis lainnya, sehingga jadi tidak begitu diketahui apakah kita sebaik tikus dalam mendengarkan kebutuhan tubuh akan nutrisi. Tapi keinginan yang kuat mungkin akan memberitahu sesuatu kepada kita.
Faktor psikologis dalam lapar
Bagaimanapun lapar sebagai motif yang berasal dari kebutuhan biologis, mengandung faktor psikologis didalam pengaturannya. Dimana kematangan dan pembelajaran sangat berpengaruh pada proses ini. Misalnya: jika anda tumbuh di Amerika Selatan, anda mungkin akan sangat menyukai chitlins (isi perut babi goreng) dan bubur okra. Dimana dibelahan dunia lain mungkin makanan ini sangat menjijikkan. Pembelajaran memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi apa yang kita makan, kapan kita makan, bahkan seberapa banyak kita makan. Hasil penelitian menunjukkan bahkan tikus dan simpanse pun belajar makan dengan melihat hewan yang lebih tua.
Emosi juga memainkan peranan dalam hal makan. Orang yang sedang cemas biasanya makan lebih banyak dari pada biasanya, dan orang yang sedang depresi mungkin akan kehilangan selera makannya untuk waktu yang lama.Selain itu insentif eksternal yang berupa tanda – tanda makanan, seperti baunya ataupun tampilannya, dapat meningkatkan motivasi untuk makan.   
Mekanisme rasa haus: Regulasi Pemasukan Air
Pengaturan Biologis Rasa Haus
Sistem minum dan berhenti minum diatur oleh bagian yang berbeda dari hipothalamus. Kerusakan karena pembedahan pada sistem minum menyebabkan hewan menolak air, demikian pula pada kerusakan sistem berhenti minum. Walaupun mencakup wilayah yang sama besar dan sistem pusat lapar, pusat haus bekerja menggunakan neurotransmiter yang berbeda.
Ada 3 tanda dasar pengaturan minum di hipothalamus:
1. Kekeringan mulut
Tahun 1920-an, Walter Cannon meneliti peran kekeringan mulut dalam rasa haus, menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek. Setelah minum banyak air untuk memastikan dirinya tidak haus, dia menyuntikkan obat yang menghentikan air liur. Dalam waktu dekat, dia merasa haus. Kemudian dia menyuntik mulutnya dengan bius lokal yang menghentikan sensasi dari mulut. Hal ini secepatnya menghentikan rasa hausnya. Cannon menyimpulkan kekeringan mulut merupakan tanda rasa haus.
2. Tingkat cairan sel
Saat jumlah total air di tubuh menurun, konsentrasi garam dalam cairan tubuh meningkat. Garam sodium merupakan unsur penting dalam pengaturan rasa haus. Penurunan 1 sampai 2% cairan tubuh menyebabkan air dalam sel keluar sehingga sel kekeringan. Hal ini terjadi pada sel di seluruh tubuh, tapi saat sejumlah sel tertentu di pusat minum di hipothalamus kekeringan mereka mengirim sejumlah pesan untuk memperbaiki keadaan tersebut.
3. Volume total darah
Apabila volume air tubuh menurun, volume darah juga menurun. Penurunan volume darah pertama kali dirasakan oleh ginjal yang bereaksi dengan dua cara. Pertama, mereka menyebabkan saluran darah berkontraksi untuk mengkompensasi penurunan jumlah darah. Kedua, dalam serangkaian langkah kimiawi, ginjal menyebabkan susbstansi angiotensin di darah. Saat angiotensin mencapai hipothalamus, pusat minum mengirimnkan pesan ke cerebral cortex yang mengarahkan minum.



Faktor Psikologis Dalam Rasa Haus
Belajarakan mempengaruhi minuman mana yangakan kita minum juga kapan kita meminumnya. Insentif, seperti penampakan gelas bir, mungkin membangkitkan rasa haus orang yang seharusnya tidak haus. Stres dan emosi tampaknya memiliki efek yang kecil dalam rasa haus dibanding dengan rasa lapar, kecuali untuk minuman beralkohol atau mengandung stimulan (kopi, tehdanlainnya), yang mengubah mood kita.

Psikologi Motivasi
Psikologi motivasi tidak berasal berhubungan langsung dengan biologis hidup seseorang atau spesis. Tapi Itu adalah sensasi dari sebuah “Kebutuhan” seseorang akan kebahagian dan kesejahteraan tergantung dari motivasi itu.
Afiliasi Motivasi
Kebutuhan afiliasi ada pada tiap manusia yang normal, beberap  orang percaya motivasi berafiliasiadalah kebutuhan sejak lahir yang berasal dari seleksi alam. Pada jaman batu manusia yang memilih berburu sendiri akan lebih rendah kemungkina hidup dari pada yang berburu berkelompok. Oleh karena itu manusia mengembangkan rasa kebuthuhan berafiliasi.
Stanley Schacter (1959)  telah menyelenggarakan sejumlah ekspriment angka tentang hubungan antara kecemasan dan kebutuhan dalam afiliasi. Pada eksprimen tersebut, mahasiswa perempuan di bawa  pada ruangan kecil laboratorium. Disana mereke bertemu dengan pria berjubah putih yang bernama Dr.Gregor Zilstein, seorang professor neurogi dan psikiater. dia memberitahu setengah partisipan penelitian ini bahwa mereka akan berpatisipasi pada sebuah eksperimanyg melibatkab kejutan listrik menyakitkan dan ditunjukkan alat kejutan pada  latarnya. Dia memberitahu pada partisipan yang lain menerima getaran yang dapat di terima dan pengalaman yang lebih rendah. Grup pertama telah membuat kecemasan yang berlebihan sedangakan grup yang kedua sedikit mahasiswa yang mengalami peningkatna kecemasan. kedua grup di berikan pilihan menunggu sendiri secara individu dalam ruang tunggu atau menunggu bersama grup di ruang tunggu . seperti Stanley prediksi dua pertiga dari grup yang merasakan kecemasan memilih menunggu bersama grup di ruang tunggu , indefikasi level tinggi pada kebutuhan afiliasi. Walaupun begitu satu pertiga  dai grup dgn level kecemasana rendah anggota member memilih untuk menunggu bersama.
Motivasi Prestasi
Elliot dan Church membedakan 3 elemen penting dalam motivasi untuk bangun tidur, pergi ke kelas, memberi perhatian , bertanya pertanyaan, mengenyampingkan aktifitas selain tes untuk study.
1. Mastery Goals
Seseorang dengan mastery goalsnya tinggi secara langsung termotivasi untuk mempelajari sesuatu informasi yang penting dan menarik 
2. Performance – Approach Goals
Seorang yang Performance  Approach Goals tinggi dia akan termotivasi untuk kerja keras dibandingan yang lainnya untuk mendapatkan nilai terbaik dari yang lainnya
3. Performance – Avoidance Goals
Seorang dengan performance avoidance goals tinggi, memiliki motivasi kerja yang tinggi untuk menghindar mendapatkan nilai buruk dan kelihatan bodoh oleh lainnya

Solomon’s Opponent-Process Theory of Acquired Motives
Richard Solomon (1980) mengusulkan sebuah teori yang memiliki implikasi penting dalam mempelajari motif-motif baru, yang sulit untuk dimengerti. Seperti mengapa seseorang kecanduan akan obat-obat terlarang,terjun payung, padahal sesuatu itu bersifat membahayakan bagi diri mereka?
Solomon memberikan jawaban yang menarik mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan menggunakan opponent-process theory of motivation, dimana ada dua konsep yang menjelaskan tentang kecanduan yaitu:
1. Suatu keadaan yang memberikan perasaan positif diikuti juga dengan perasaan negatif yang sangat kontras/ berbeda, dan sebaliknya 
2. perasaan (baik positif maupun negatif) yang dialami terus menerus akan berkurang intensitasnya.
Contohnya terjun payung, menurut data yang diperoleh Solomon, Pada awalnya terjun payung itu menakutkan. Awalnya pada saat pertama kali melakukan pendaratan, Penerjun terkejut namun kemudian tersenyum dan berbicara dengan penuh semangat. Perasaan negatif (ketakutan) diikuti dengan perasaan positif (euforia) memberikan reinforcement atau penguatan pada perilakunya (figure 10.7 kiri) . Setelah melakukannya berulang-ulang. Maka ketakutan itu lama kelamaan berkurang (figure 10.7 kanan). Ketakutan yang berkurang , membuat euforia yang dihasilkan menjadi lebih kuat.
Selanjutnya, apabila perasaan positif yang berkurang, seperti pada figure 10.8, Misalnya seseorang yang ketagihan terhadap obat obat terlarang seperti narkoba, pada awalnya kesenangan menyerang diikuti dengan perasaan tidak nyaman. Setelah sering menggunakannya,lama kelamaan kesenangan penggunaan obat-obat tersebut dalam jumlah yang sama berkurang, namun rasa sakit bila tidak memakainya lebih buruk. Rasa sakit itulah yang menjadi motif (penguat) untuk menjadi pemakai lagi. 
Teori Solomon ini tidak relevan dengan semua motif, namun dapat membanti memahami motif-motif yang membingungkan.

Intrinsic and Extrinsic Motivation
Teori kognitif dari motivasi menggambarkan kunci perbedaan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motif manusia dirangsang atau didorong oleh sifat yang melekat pada kesenangan aktivitas, atau konsekuensi alami dari suatu kegiatan/ aktivitas. Contohnya, mahasiswa belajar keras karena mereka termotivasi untuk memberikan usaha terbaik, dan mencapai kualitas yang tinggi dalam tugas-tugas mereka. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik adalah motif manusia yang diaktifkan oleh faktor eksternal yang dengan kata lain motivasi ekstrinsik menyebabkan seseorang melakukan sesuatu demi uang,nilai,atau imbalan lainnya yang konkret dan nyata. Contohnya, mahasiswa yang belajar keras hanya karena ingin mendapat nilai yang baik atau menghindari kekecewaan orangtua. Orang yang memiliki motivasi intrinsik cenderung termotivasi untuk bekerja lebih keras, dan menanggapi tantangan dengan bekerja lebih keras lagi. Mereka menikmati pekerjaan yang mereka lakukan dan mereka melakukannya lebih kreatif dan efektif dibanding orang-orang dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik terbentuk dari pengalaman belajar, misalnya anak yang berasal dari keluarga yang menekankan pentingnya belajar, memiliki motivasi intrinsik lebih untuk belajar di sekolah.
Perbedaan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah kapan penghargaan ekstrinsik itu harus diberikan dalam upaya untuk meningkatkan motivasi.apakah bijaksana menggunakan motivasi ekstrinsik dalam bentuk penguatan positif untuk meningkatkan frekuensi dari beberapa perilaku (misalnya mengerjakan pr) ?misalnya anak yang tidak suka mengerjakan pr matematika jika diberi tambahan uang saku pasti akan semangat dalam mengerjakan pr tersebut. Disisi lain, jika individu sudah termotivasi secara intrinsik, dengan ditambahkannya motivasi ekstrinsik dapat mengurangi motivasi intrinsik tersebut. misalnya ketika anak anak yang suka menggambar di sekolah diberi sertifikat karena gambarnya yang baik, minat mereka terhadap menggambar akan menurun daripada anak anak yang belum menerima sertifikat. Pelajaran ini menunjukkan bahwa diperlukan kehati hatian untuk menghindari pengurangan motivasi intrinsik dengan memberikan imbalan ekstrinsik yang tidak perlu.
Pujian meningkatkan motivasi intrinsik ketika pujian:
1. Menyiratkan bahwa anak itu sukses karena dia atau usaha dan bukan karena bakat alami anak atau kemampuan.
2. Apakah tulus dan tidak berarti bahwa orang dewasa mengendalikan anak.
3. Tidak membandingkan anak dengan anak lain.
4. Menyiratkan bahwa orang dewasa memiliki standar untuk perilaku anak bahwa anak   percaya bahwa ia dapat mencapai dengan usaha.
Sebaliknya, pujian yang berfokus pada kemampuan, bukan usaha, atau membandingkan dengan orang lain, menyatakan bahwa ia harus mencapai standar dimasa depan dapat merusak motivasi intrinsik menurut Henderlong dan Lepper.




Maslow’s Hierarchy of Motives

Abraham Maslow (1970) mengemukakan sebuah teori yang menarik tentang motivasi. Menurutnya, kebutuhan dasar kita harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat muncul dan dipenuhi. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan utama individu dipenuhi dalam urutan tertentu. Yaitu:
1. Biological and Psysiological Needs ( Kebutuhan Biologis dan Fisiologis)
Contoh : Lapar, Haus
2. Safety Needs (Kebutuhan akan rasa aman)
Contoh :  perlindungan, keamanan, ketertiban, hukums
3. Love and Belongingness) (Kebutuhan akan rasa cinta dan penerimaan)
Contoh: hubungan, kasih sayang
4. Self Esteem Kebutuhan akan harga diri )
Contoh : Prestasi, status, tanggung jawab, reputasi)
5. Self Actualization (Kebutuhan aktualisasi diri) 
Merupakan kebutuhan yang paling tinggi dari hierarki kebutuhan maslow, yang hanya dapat dipenuhi bila kebutuhan lain dalam hierarki sudah dipenuhi.
Contoh : ingin diakui eksistensinya.
Teori Maslow merangsang kita untuk berpikir tentang mengurutkan motif-motif dalam kehidupan kita. Jika kebutuhan lebih rendah dalam hierarki belum terpenuhi, maka motif-motif yang lebih tinggi tidak akan beroperasi. Ketika lower needs kebutuhan akan rasa lapar, haus, dan keselamatan sudah terpenuhi, maka motif untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain,untuk mencapai harga diri positif, dan menyadari potensi penuh seorang etis, artistik. dan filosofis (self actualization) menjadi penting bagi individu. Namun jika motif yang rendah belum terpenuhi, maka motif yang lebih tinggi menjadi tidak penting.